Minggu, 13 Juni 2010

Cinta kasih Allah pada Manusia

Dalam Able to Communicate, Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus saling berkomunikasi. Sehati, sepikir dan sekehendak. Karenanya, semakin mendekati gambar dan rupa Allah, manusia makin cakap berkomunikasi.

1. Cinta Kasih Allah dan Manusia
Berkaca pada konsep yang sama. Apakah romantisme akan semakin hilang dalam hidup kita? Seharusnya tidak. Semakin mendekati gambaran-Nya tentu gairah cinta semakin membara. Makin memiliki cinta yang tak kunjung padam. Makin haus berdekatan dengan orang yang dikasihi. Kian mencintainya dengan kasih yang tak berhenti.
Kasih Allah Pada Manusia
Ngomong-ngomong, tahu dari mana Allah memiliki gairah cinta yang sedemikian kuat?
Inilah I Love You-nya Tuhan pada manusia:
I have loved you with an everlasting love, I have drawn you with loving kindness.
Bagaimana kalau seorang suami mengatakan kata-kata di atas kepada isterinya? Pasti bahagia sekalee!
Diterjemahkan, Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu.
Kasih yang kekal, kasih yang selama-lamanya...! Itulah cinta kasih Tuhan kepada kita, begitu indah, sangat-sangat luar biasa, di luar batas pemikiran, kasih yang tidak ada habisnya.
Firman lainnya, Through the mountain be shaken, and the hills be moved, yet my unfailing love for you not be shaken. Indah sekali...
Diterjemahkan, Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang, firman TUHAN, yang mengasihani engkau. Yang ini nih ada lagunya.
Nah...ini hanya baru sedikit dari ayat-ayat yang menyingkapkan cinta kasih Tuhan yang sangat romantis. Bayangkan Tuhan berkata, “Walau gunung-gunung pindah dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu.”
Hidup manusia penuh dengan dosa, kegelapan, kebusukan dan kelaliman. Tidak patut manusia menerima cinta kasih-Nya yang besar. Terlebih, kecenderungan hati manusia adalah dosa, kejahatan semata-mata. Tetapi kasih Allah itu terus...dan terus... tidak pernah gagal, tidak pernah berhenti.

Kamis, 10 Juni 2010

FIRMAN TUHAN TENTANG KASIH

A. KASIH TUHAN & KASIH PERSAUDARAAN

Allah mengasihi dan memilih aku, Ia sendiri telah membawa aku keluar dari dunia dengan kekuatan-Nya yang besar. ( Ul 4:37 )

Tuhan adalah benar dan adil, dan Ia mengasihi kebenaran, Aku dibenarkan didalam Kristus dan Tuhan mengasihiku. ( Maz 11:7; II Kor 5:21 )

Aku berharga dimata Tuhan dan ia mengasihi aku. ( Yes 43:4 )

Seperti Bapa telah mengasihi Yesus, demikianlah juga Yesus telah mengasihiku; aku tinggal di dalam kasih-Nya. Aku saling mengasihi, seperti Allah telah mengasihi aku. ( Yoh 15:9, 12 )

Allah mengasihi aku seperti Ia telah mengasihi Yesus. Allah mengasihi yesus sebelum dunia dijadikan. Allah mengasihi aku sebelum dunia dijadikan. Kasih yang Allah berikan pada Yesus ada didalam- ku dan Yesus ada didalamku. ( Yoh 15:23-26 )

Aku mengasihi saudaraku, aku tetap berada di dalam terang, dan di dalamku tidak ada penyesatan. ( I Yoh 2:10 )

Tidak ada yang dapat memisahkan aku dari kasih Kristus. Segala kuasa di langit, di bumi atau neraka tidak dapat memisahkan aku dari kasih Allah yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhanku. ( Roma 8:35, 38-39 )

Aku hidup di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi aku dan telah menyerahkan diri-Nya untuk aku sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah. ( Ef 5:2 )

Hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku. ( Gal 2:20 )

Aku suka mengorbankan milikku, bahkan mengorbankan diriku untuk jiwa-jiwa karena aku melimpah-limpah dengan kasih Yesus Kristus.( II Kor 12:15 )

Aku telah menyucikan diriku oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga aku dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus iklas, aku hendak bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatiku ( I Pet 1:2 )

Aku tahu, bahwa aku sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, karena aku mengasihi saudaraku. ( I Yoh 3;14 )

Karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepadaku, Allah yang kaya dengan rahmat telah menghidupkan aku bersama-sama dengan Kristus,dan menempatkan aku bersama-sama dengan Dia di sorga. Supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepadaku kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadapku dalam Kristus Yesus. ( Ef 2:4-7 )

Aku tidak mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya sebab kasih Bapa ada di dalamku. ( I Yoh 2:15 )

Aku mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran. ( I Yoh 3:18 )

Aku lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh karena Dia yang mengasihi aku. ( Roma 8:37 )

Aku percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya aku saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepadaku. ( I Yoh 3:23 )

Tuhanku Yesus Kristus dan Allah Bapaku yang dalam kasih karuniaNya telah mengasihi aku dan yang telah menganugerahkan penghiburan abadi dan pengharapan baik kepadaku, akan menghibur dan menguatkan hatiku dalam pekerjaan dan perkataan yang baik. ( II Tes 2:16-17 )

Aku saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; aku mengasihi karena aku lahir dari Allah dan mengenal Dia. ( I Yoh 4:7 )

Aku hidup saling mengasihi, sebab itu Allah tetap tinggal didalamku, dan kasihNya sempurna di dalamku. ( I Yoh 4:16 )

Di dalam Kristus, Allah telah memilih aku sebelum dunia dijadikan, supaya aku kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. ( Ef 1:4 )

Allah akan menyuruh setan dan pengikutnya datang dan tersungkur di depan kakiku; dan mengaku bahwa Allah mengasihiku. ( Wahyu 3:9 )

B. KASIH KEPADA TUHAN & FIRMAN-NYA

Demi nyawaku, aku bertekun dalam mengasihi Tuhan Allahku. ( Yos 23 :11 )

Tuhan menunjukkan kasih setia kepada orang yang mengasihiNya dan berpegang pada peritah-perintahNya. Allah menunjukkan kasih setiaNya kepadaku karena aku mengasihiNya dan aku berpegang pada perintah-perintahNya. ( Kel 20:6 )

Aku mengasihi Tuhan Allahku, dengan segenap hatiku dan segenap jiwa dan dengan segenap kekuatanku.

Tuhan, Allahku, akan menyunat hatiku dan hati keturunanku, sehingga aku mengasihi Tuhan, Allahku, dengan segenap hatiku dan dengan segenap jiwaku, supaya aku hidup. ( Ul 30:6 )

Aku mengasihi Tuhan, Allahku, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya. aku hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh Tuhan, Allahku, di negeri ke mana aku masuk untuk mendudukinya. ( Ul 30:16 )

Aku mengasihi TUHAN, Allahku, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya, karena Dia adalah kehidupanku dan lanjut umurku ( Ul 30:20 )

Aku mengasihi Tuhan, Allahku, dengan segenap hatiku dan dengan segenap jiwaku dan dengan segenap akal budiku. ( Mat 22:37 )

Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hatiku: semua disediakan Allah bagiku, karena aku mengasihi Dia. ( I Kor 2:9 )

Aku mengasihi Tuhan, aku ada didalam tanganNya; aku duduk pada kakiNya dan menerima Firman. ( Ul 33:3 )

Aku mengasihi Tuhan dan aku bagaikan matahari terbit dalam kemegahannya. (hak 5:31 )

Aku mengasihi Tuhan dan tetap mengikuti perintah-perintah-Nya; Allah yang maha besar dan dahsyat berpegang pada perjanjian dan kasihsetiaNya terhadap aku. ( Neh 1:5 )

Aku mengasihi nama Tuhan dan aku bersukacita di dalam Dia. ( Maz 5:12 )

Aku mengasihi Tuhan yang adalah kekuatanku. ( Maz 18:1 )

Aku mengasihi Tuhan yang telah mengasihiku ( Maz 31:24 )

Aku mengasihi Tuhan dan membenci kejahatan. ( Maz 97:10 )

Allah adalah Bapaku dan aku mengasihi Tuha Yesus Kristu. ( Yoh 8:42 )

Aku mengasihi Yesus dan menuruti segala perintahNya. ( Yoh 14:15 )

Aku memegang perintah Yesus dan melakukannya, sebab aku mengasihi Yesus serta Bapa akan datang kepadaku dan diam bersama-sama dengan aku. ( Yoh 14:21 )

Aku mengasihi Yesus dan menuruti firman-Nya. Bapa mengasihiku dan Yesus serta Bapa akan datang kepadaku dan diam bersama-sama dengan aku. ( Yoh 14:23 )

Aku mengasihi Allah dan Dia bekerja sama dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagiku yang mengasihi Dia, sebab aku terpanggil sesuai dengan rencana Allah. ( Roma 8:28 )

Kasih karunia menyertaiku,karena aku mengasihi TuhanYesus Kristus dengan kasih yang kekal. ( Ef 6:24 )

Aku mengasihi Tuhan dan bertahan dalam pencobaan dan menang atasnya dan aku akan menerima mahkota kehidupan. ( Yak 1:12 )

Aku mengasihi Allah dan Ia telah memilih aku untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris kerajanNya. (Yak 2:5 )

Aku mengasihi Yesus dan aku bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan. ( I Pet 1:8 )

Di dalam kasih tidak ada ketakutan sebab kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan.Aku mengasihi Dia sebab Dia lebih dulu mengaishi aku. ( I Yoh 4:18-19 )

Aku mengasihi Yesus dan semua orang yang lahir daripadaNya. Inilah tandanya, bahwa aku mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila aku mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya. ( I Yoh 5:1-2 )

Aku yang mencintai keselamatan yang dari padaMu tetap berkata : " Tuhan itu besar ! " ( Maz 40:17b )

TUHAN, aku cinta pada rumah kediaman-Mu dan pada tempat kemuliaan-Mu bersemayam. ( Maz 26:8 )

Tuhan berpaling kepadaku dan mengasihi aku, sebagaimana sepatutnya terhadap aku yang mencintai nama Tuhan. ( Maz 119:32 )

Aku hendak bergemar dalam perintah-perintah-Mu yang kucintai itu. Aku menaikkan tanganku kepada perintah-perintah-Mu yang kucintai, dan aku hendak merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu. ( Maz 119:47, 48 )

Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari. ( Maz 119:97 )

Aku benci orang yang bimbang hati tetapi tauratMu kucintai. ( Maz 119:113 )

Aku mencintai perintah-perintah-Mu lebih dari pada emas, bahkan dari pada emas tua. ( Maz 119:127 )

Janji-Mu sangat teruji, dan hamba-Mu mencintainya. ( Maz 119:140 )

Lihatlah, betapa aku mencintai titah-titah-Mu! Ya TUHAN, hidupkanlah aku sesuai dengan kasih setia-Mu. ( Maz 119:159 )

Aku benci dan merasa jijik terhadap dusta, tetapi Taurat-Mu kucintai. ( Maz 119:163 )

Besarlah ketenteraman padaku yang mencintai Taurat-Mu, tidak ada batu sandungan bagiku. ( Maz 119:165 )

Aku berpegang pada peringatan-peringatan-Mu, dan aku amat mencintainya. ( Maz 119:167 )

C. KASIH KEPADA SESAMA

Aku mengasihi sesamaku manusia seperti diriku sendiri. ( Mat 22:39 )

Aku mengasihi musuhku dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya aku. ( Mat 5:44)

Jumat, 04 Juni 2010

MALAS KARENA NYAMAN

Bacaan hari ini: 2 Tesalonika 3:1-15

ComfortableAyat mas hari ini: Amsal 19:15
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 21,22; Yohanes 14


Gordi adalah seekor ikan laut kecil yang dipelihara Toni dalam akuarium air asin di rumahnya. Toni merawat Gordi dengan penuh kasih sayang; diberi makanan terbaik, perawatan terbaik. Akuariumnya dibersihkan, juga dihias dengan mainan dan rumput-rumputan. Gordi sungguh merasa sangat nyaman. Suatu hari, Toni membawa Gordi dan akuariumnya ke pantai, lalu meletakkannya di pasir, tepat di pinggir pantai. Tiba-tiba ombak besar datang menghantam pantai. Toni berhasil melarikan diri. Akan tetapi, Gordi dan akuariumnya terseret ombak ke laut lepas.

Tidak berapa lama, Gordi mulai kelaparan. Ia mulai menangis. Ikan-ikan lain yang melihatnya bertanya, “Mengapa kamu menangis?” Gordi menjawab, “Saya tidak punya sesuatu pun untuk dimakan.” Ikan-ikan lain itu menasihati Gordi agar pergi dan mencari makanan untuk dirinya. Namun, Gordi bergeming. Sampai berhari-hari kemudian, ikan-ikan melewati Gordi yang sekarat karena kelaparan, sambil berkata satu dengan yang lain, “Ikan malang. Ia mati kelaparan karena menunggu diberi makan dan terlalu malas untuk berenang mencari makanannya sendiri.”

Kemapanan dan kenyamanan memang menyenangkan, tetapi tidak jarang itu justru membuat kita terlena dan malas. Telanjur enak, sehingga kita tidak lagi menggali potensi kita dan berhenti belajar. Rupanya itu juga yang tejadi di jemaat Tesalonika. Mereka hidup tidak tertib, malas, dan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna (ayat 11). Oleh karena itu, Paulus menegur mereka. Jadi, berhati-hatilah, kemapanan dan kenyamanan yang kita terima jangan sampai membuat kita terbuai dan malas. Sebab itu akan merugikan diri kita sendiri.

JANGAN BIARKAN KEMAPANAN DAN KENYAMANAN MEMBUAI KITA

HINGGA KITA MENJADI PRIBADI YANG MALAS DAN TAK MAU BELAJAR

Penulis: Ayub Yahya - www.renunganharian.net
Bacaan ayat - ayat hari ini :
3:1. Selanjutnya, saudara-saudara, berdoalah untuk kami, supaya firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan, sama seperti yang telah terjadi di antara kamu,
3:2 dan supaya kami terlepas dari para pengacau dan orang-orang jahat, sebab bukan semua orang beroleh iman.
3:3 Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang jahat.
3:4 Dan kami percaya dalam Tuhan, bahwa apa yang kami pesankan kepadamu, kamu lakukan dan akan kamu lakukan.
3:5 Kiranya Tuhan tetap menujukan hatimu kepada kasih Allah dan kepada ketabahan Kristus.

3:6. Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus, supaya kamu menjauhkan diri dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah kamu terima dari kami.
3:7 Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu,
3:8 dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun di antara kamu.
3:9 Bukan karena kami tidak berhak untuk itu, melainkan karena kami mau menjadikan diri kami teladan bagi kamu, supaya kamu ikuti.
3:10 Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.

3:11 Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna.
3:12 Orang-orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri.
3:13 Dan kamu, saudara-saudara, janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik.
3:14 Jika ada orang yang tidak mau mendengarkan apa yang kami katakan dalam surat ini, tandailah dia dan jangan bergaul dengan dia, supaya ia menjadi malu,
3:15 tetapi janganlah anggap dia sebagai musuh, tetapi tegorlah dia sebagai seorang saudara.



Selasa, 01 Juni 2010

Melawan Pencobaan Dengan Ketaatan Firman Tuhan

Bacaan : Kej. 2:15-17, 3:1-7; Mzm. 32; Rom. 5:12-17; Mat. 4:1-11

Jati diri kita selaku manusia akan terlihat saat kita berhadapan langsung dengan persoalan dan situasi kritis. Dalam situasi yang normal, sehat dan sejahtera pada umumnya manusia akan mampu untuk menyembunyikan sifat dan karakternya yang kurang baik. Tetapi ketika kita menghadapi sesuatu yang mengancam dan membahayakan keselamatan hidup seperti: sakit, kemiskinan, kelaparan dan penderitaan maka sangat sulit bagi kita untuk menyembunyikan ungkapan dan jati diri kita yang sesungguhnya. Saat kita berhadapan dengan situasi “batas akhir” yang mana kita kita berada dalam kondisi yang sangat buruk dan kritis, maka kita akan mengekspresikan kedirian kita yang paling otentik. Karena itu untuk mengetahui kedirian Yesus yang sesungguhnya, Roh Allah membawa Yesus untuk diuji di padang gurun. Di Mat. 4:1 menyaksikan: “Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis”. Semula di sungai Yordan, Allah telah mengurapi Yesus dengan Roh Kudus sehingga Yesus menjadi Kristus. Roh Kudus telah memenuhi diri Yesus sehingga Dia menjadi seorang Messias. Tetapi kedirian Yesus sebagai Messias saat itu belum terbukti dan teruji. Apakah Dia dapat menjadi seorang Messias yang taat dan setia kepada Allah, ataukah Yesus berubah menjadi seorang Messias yang tidak taat kepada firman Tuhan. Karena itu Roh Kudus membawa Yesus ke padang gurun sebagai tempat di mana kedirianNya sebagai seorang manusia sekaligus sebagai Messias diuji secara total. Kita mengetahui situasi padang gurun sebagai tempat yang sangat kering dan sangat panas pada waktu siang tetapi sangat dingin pada waktu malam; tempat di mana tidak tersedia makanan dan minuman juga tidak memiliki pohon yang rimbun untuk berteduh. Sehingga padang gurun menjadi tempat bayang-bayang maut bagi siapapun yang berada di sana sebab tidak terjamin keselamatan hidupnya.

Lebih berat lagi manakala manusia yang berada di padang gurun yang sangat gersang dan panas tersebut kekurangan makanan, maka pastilah dia akan mendekati ajalnya. Justru Yesus menjadikan padang gurun sebagai tempat di mana Dia berpuasa selama empat puluh hari dan empat puluh malam. Sadhu Sundar Singh seorang pekabar Injil yang sangat terkenal dari India ingin meniru sikap Tuhan Yesus yang pernah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam. Ternyata Sundar Singh tidak berhasil menyelesaikan puasanya sampai 40 hari sebab dia kemudian sakit dan hampir mati. Pada saat Tuhan Yesus berpuasa selama 40 hari, sebagai manusia Dia pasti mengalami perasaan lapar yang luar-biasa. Saat itulah datanglah Iblis untuk mencobai Yesus dengan berkata: “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti” (Mat. 4:3). Iblis menyapa Yesus sebagai Anak Allah. Sapaan Iblis ini hendak mengingatkan Yesus bahwa Dia sesungguhnya memiliki kuasa mukjizat. Sehingga dengan kuasa mukjizatNya sebagai Anak Allah, Yesus mampu mengubah batu-batu yang berserakan di padang gurun itu menjadi roti yang dapat mengenyangkan perutNya yang telah lapar dan menyegarkan tubuhNya yang lemah-lunglai. Dalam pencobaan ini Iblis mengajak Yesus untuk menyadari bahwa Dia dapat menggunakan kekuatan mukjizatNya sebagai Anak Allah untuk sesuatu yang sangat berarti dan vital bagi diriNya, yaitu kebutuhan akan makanan. Sebab makanan merupakan kebutuhan pokok yang paling dasariah untuk kelangsungan hidup semua mahluk hidup. Siapapun yang kekurangan makanan, maka pastilah dia akan bertindak dengan segala macam cara agar dia dapat tetap hidup. Dalam situasi yang ekstrem kita juga dapat menjumpai kasus kanibalisme karena mereka berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, sehingga seseorang dapat tega membunuh dan memakan daging sesamanya. Menurut kisah yang beredar waktu kota Yerusalem dikepung oleh tentara Romawi pada tahun 70, penduduk yang berada dalam benteng kota Yerusalem tidak dapat memperoleh pasokan makanan. Akibatnya seorang ibu terpaksa membunuh bayinya karena kelaparan lalu dia memakan dagingnya. Jadi betapa dahyat bilamana manusia mengalami kekurangan makanan! Manusia dapat berubah secara emosional dan spiritual secara drastis saat dia kelaparan dan hampir mati. Karena itu tawaran Iblis agar Yesus mau mengubah batu-batu untuk menjadi roti sebenarnya merupakan keniscayaan. Apa salahnya Yesus menggunakan kuasa mukjizatNya untuk mengubah batu menjadi roti? Bukankah tindakanNya tersebut dapat menyelamatkan kelangsungan hidup dan pelayananNya sebagai Messias?

Dalam filosofi Jawa, sering perut (Jw: “weteng”) dihubungkan dengan situasi “gelap” (Jw: “peteng”). Maksudnya adalah kalau perut kita kelaparan, maka pastilah pikiran kita menjadi gelap. Sehingga seseorang kelaparan dapat mendorong manusia untuk melakukan berbagai tindakan yang gelap mata seperti: perbuatan mencuri, merampas, merampok, menjarah, dan membunuh serta berbuat anarkhis. Kita dapat melihat masalah ketidaktersediaan bahan makanan yang cukup dalam lingkup yang luas dapat menciptakan kerusuhan dan peradaban. Sikap seseorang yang semula santun dan beradab dapat berubah menjadi seorang yang beringas, kejam dan tidak beradab ketika dia tidak memperoleh makanan dalam suatu kurun waktu tertentu. Jadi sesungguhnya pernyataan Alkitab “laparlah Yesus” merupakan ungkapan yang eksistensial tentang situasi pergumulan Yesus yang waktu itu sedang berada pada titik yang paling berbahaya. Tetapi pada saat yang paling kritis itu, ternyata Yesus dapat melawan pencobaan Iblis dengan sikap ketaatanNya kepada firman Allah, sehingga Dia berkata: “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Mat. 4:4). Dalam hal ini Tuhan Yesus tidak menyangkal masalah makanan merupakan kebutuhan manusia yang paling fundamental. Tetapi Tuhan Yesus juga mengingatkan Iblis dan kita semua bahwa faktor kebutuhan makanan tidak boleh menentukan segala-galanya. Makanan memang diperlukan untuk kelangsungan hidup, tetapi tujuan hidup kita bukan untuk makan. Sebab manusia juga membutuhkan dimensi rohaniah yang menentukan makna dan tujuan hidupnya, yaitu ketaatan kepada firman Tuhan. Apa artinya manusia dapat memperoleh makanan untuk kelangsungan hidupnya, tetapi dia kehilangan makna dan martabatnya sebagai manusia? Justru dalam kehidupan sehari-hari, betapa sering kita melihat manusia mengabaikan martabatnya sebagai manusia yang telah diciptakan menurut gambar dan rupa Allah dengan tindakan yang tidak beradab dan anarkhis dengan alasan untuk memperoleh makanan. Dalam situasi yang kritis, Tuhan Yesus tetap memilih untuk tidak menggunakan kuasa mukjizatNya untuk mengubah batu menjadi roti bagi diriNya sendiri. Dia menggunakan kuasa mukjizatNya untuk menyembuhkan dan memberi makan kepada banyak orang, tetapi Tuhan Yesus tidak pernah membuat mukjizat apapun untuk kepentingan diriNya sendiri.

Walau Tuhan Yesus dapat membuktikan ketaatanNya kepada firman Tuhan, tetapi tampaknya Iblis tidak menyerah. Di Mat. 4:5 disebutkan Iblis membawa Tuhan Yesus ke kota suci dan menempatkan Dia di atas bubungan bait Allah. Tampaknya dalam pencobaan ini Iblis memberi kepada Yesus suatu penampakan visual seakan-akan Dia berada di atas bubungan Bait Allah di Yerusalem. Sebab tidaklah mungkin Yesus yang sedang berpuasa di padang gurun lalu Dia diajak masuk ke kota Yerusalem dan kemudian naik ke atas atap Bait Allah. Walaupun dalam bentuk bayangan atau visualisasi, tidak berarti pencobaan tersebut hanya kamuflage. Sebab bukankah sikap ketidaktaatan kita justru sering dimulai dari bayangan pikiran atau imaginasi dan berbagai harapan-harapan lainnya? Sebagai seorang Messias, Yesus sangat membutuhkan dukungan dan sambutan dari orang banyak. Sehingga apabila Dia melompat turun dari atas bubungan Bait Allah dengan selamat di hadapan orang banyak, maka pastilah orang banyak itu akan segera menerima otoritasNya sebagai Anak Allah. Mereka akan menyanjung dan mengakui Yesus sebagai Messias dari Allah. Dalam hal ini Iblis memberi jaminan kepada Yesus, bahwa Dia akan selamat dan tidak terluka sedikitpun ketika Dia melompat dari atas bubungan Bait Allah; dengan mengingatkan firman Tuhan di Mzm. 91:11-12 dinyatakan: “Sebab malaikat-malaikatNya akan diperintahkanNya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu. Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya kakimu jangan terantuk kepada batu”. Apabila firman Tuhan telah menjamin keselamatan Yesus dan akan menguntungkan Yesus karena orang banyak akan memuji dan mengagumi kehebatanNya yang dapat melompat dengan selamat dari atas bubungan Bait Allah, apa salahnya kalau Yesus mencoba untuk mengikuti saran dari Iblis tersebut? Bukankah usul tersebut juga berdasarkan nubuat firman Tuhan, dan tindakan Yesus yang kelak dapat selamat saat Dia melompat dari bubungan Bait Allah akan membawa efek yang efektif untuk meneguhkan otoritasNya sebagai Anak Allah? Namun Tuhan Yesus menolak tawaran dan saran dari Iblis. Tuhan Yesus berkata: “Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu” (Mat. 4:7). Dalam hal ini Tuhan Yesus tidak mau mencobai Allah walaupun Allah pernah berfirman dan berjanji untuk menjaga atau melindungi Dia. Tuhan Yesus juga tidak mau memperoleh popularitas sebagai Messias dari orang banyak dengan cara yang demonstratif dan “supra-natural”. Tetapi Yesus juga mengingatkan Iblis bahwa dia telah mencobai Tuhan Allah saat Iblis berusaha untuk mencobai diriNya.

Sikap Tuhan Yesus tersebut justru sangat berbeda dengan sikap kita pada umumnya. Kita selaku gereja sering tergoda untuk memperoleh popularitas dengan cara menarik perhatian, demonstratif dan kalau perlu kita menonjolkan segala hal yang berbau “super-natural”. Betapa banyak kesaksian Kristen yang gemar dengan hal-hal yang supernatural dan sangat demonstratif yang ujung-ujungnya penonjolan diri. Bahkan untuk penonjolan diri tersebut beberapa orang mencari legitimasi ayat-ayat firman Tuhan atau kisah penglihatan-penglihatan yang kebenarannya perlu dipertanyakan secara lebih kritis. Mereka tanpa rasa malu memanipulasi ayat-ayat firman Tuhan untuk pembenaran diri sendiri. Padahal sikap tersebut sangat bertentangan dengan spiritualitas yang diajarkan dan dilakukan oleh Tuhan Yesus. Jadi apabila kita selaku gereja bersikap demonstratif dan mengandalkan hal-hal yang “supranatural” bukankah sesungguhnya kita telah memberlakukan siasat strategi Iblis. Karena itu kita harus senantiasa bersikap kritis dan waspada agar kita tidak menjadi alat atau agen dari Iblis untuk mencari perhatian dan penonjolan diri. Kita juga tidak boleh menggunakan ayat-ayat Alkitab untuk mencari pembenaran diri. Sebab ayat-ayat firman Tuhan seharusnya dipakai untuk berelasi dengan Tuhan agar kita mengetahui kehendakNya yang mendorong kita untuk terus membaharui diri.

Karena Iblis gagal untuk mencobai Yesus untuk memperoleh popularitas dengan cara melompat dari atas bubungan Bait Allah, maka Iblis kemudian membawa Yesus ke atas gunung yang tinggi dan memperlihatkan semua kerajaan dunia dengan segala kemegahannya. Semua kemegahan dan kemuliaan dari kerajaan dunia ini akan diberikan kepada Yesus jikalau Yesus mau menyembah Iblis. Pencobaan yang ketiga ini tentu lebih menarik dari pada semua pencobaan yang lain. Sebab manakala Yesus mau menyembah kepada Iblis, maka Yesus akan menjadi penguasa dari kerajaan dunia seluruhnya. Kuasa dunia dengan segala kemuliaan dan keagungannya akan menjadi milik Yesus. Bukankah godaan memiliki kerajaan dunia ini yang paling mendorong para penguasa dari zaman ke zaman untuk menjadi penakluk bangsa-bangsa lain agar mereka dapat menjadi penguasa yang adi-kuasa? Kita dapat menyebut ambisi dari penguasa seperti raja Nebukadnezar, Aleksander Agung, Jenghis Khan, para kaisar Romawi, dan sebagainya untuk menaklukkan dunia. Bahkan kini upaya menaklukkan dunia selain dengan cara-cara politis, militer dan ekonomi; juga menggunakan propaganda agama. Kita sangat prihatin bahwa agama yang seharusnya dipakai untuk membawa manusia kepada spiritualitas kerendahan hati justru disalahgunakan untuk meninggikan diri, menindas orang lain yang dianggap tidak seiman, dan menguasai hidup orang lain. Akibatnya agama-agama sering tidak menjadi berkat keselamatan tetapi justru menjadi ancaman dan bahaya bagi umat manusia. Selama kekuatan agama-agama, politik, ekonomi dan militer dipakai untuk merebut kekuasaan dunia sesungguhnya telah menjadi alat di tangan Iblis. Sikap inilah yang ditolak oleh Tuhan Yesus. Dia sama sekali tidak tergoda untuk memperoleh kekuasaan dunia dengan segala kemegahannya. Itu sebabnya Tuhan Yesus tidak mau menyembah kepada Iblis: “Enyahlah Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti” (Mat. 4:10). Dalam godaan ini Tuhan Yesus mengusir Iblis dari hadapanNya dengan menegaskan agar Iblis harus menyembah kepada Allah saja, dan tidak kepada yang lain. Dengan demikian terbukti bahwa Yesus akhirnya berhasil keluar sebagai pemenang. Dia telah membuktikan bahwa Dialah Messias yang setia dan taat kepada firman Tuhan.

Kesetiaan dan ketaatan Tuhan Yesus tersebut sangatlah berbeda dengan sikap manusia pertama yaitu Adam. Manusia pertama menunjukkan sikap yang tidak taat kepada firman Tuhan sehingga menyeret seluruh umat manusia ke dalam kuasa dosa. Jika manusia pertama menyeret umat manusia kepada maut dan hukuman Allah, maka Tuhan Yesus telah ditentukan oleh Allah dan yang terbukti tetap taat saat Dia dicobai akan mampu membawa manusia kepada keselamatan dan pengampunan Allah. Itu sebabnya di Rom. 5:17 rasul Paulus berkata: “Sebab jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satuorang itu, yaitu Yesus Kristus”. Ini berarti mengikuti Kristus berarti kita bersikap seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. Mengikut Kristus berarti kita bersedia untuk diuji dan kemudian mampu membuktikan kesetiaan serta ketaatan kita kepada firman Tuhan. Sayangnya banyak orang Kristen mengartikan mengikut Kristus untuk memperoleh keselamatan kekal tetapi mereka tidak bersedia untuk mentaati firman Tuhan dengan setia. Seakan-akan makna keselamatan akan terjadi jikalau mereka sekedar percaya kepada Tuhan Yesus, tetapi melepaskan makna keselamatan dengan sikap ketaatan. Kita akan dapat menjadi gambar dan rupa Allah yang sesungguhnya jikalau seluruh hidup kita ditandai oleh sikap ketaatan kepada firman Allah sebagaimana yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus. Jika demikian, bagaimanakah sikap hidup saudara sebagai orang Kristen? Apakah kehidupan saudara teruji dalam hal-hal yang sederhana dan sehari-hari, namun saudara tetap konsisten memberlakukan firman Tuhan? Apabila kita dapat teruji dan konsisten setia dengan hal-hal yang sederhana setiap hari, maka pastilah kita akan berhasil menjadi pemenang saat kita dicobai dengan hal-hal yang besar. Bagaimanakah jawab dan keputusan saudara saat ini? Amin.