Pasal terdahulu mencoba menunjukkan bagaimana Muhammad dan penduduk Mekah yang lain berkesempatan untuk belajar tentang Kristiani yang terbatas. Berbagai kesempatan telah dilakukan dalam perjalanan dagangnya ke Syria, bahkan sebagaimana yang dilakukan sendiri oleh Muhammad, akan tetapi tidak banyak berpartisipasi dalam diskusi-diskusi keagamaan dengan orang-orang Kristen atau Nasrani. Sebagian kecil masyarakkat Mekah adalah para penghuni asing yang tidak tetap (atau masyarakkat yang berpindah-pindah). Sekalipun demikian, dalam ayat-ayat Al-Qur'an terdahulu ada beberapa petunjuk yang amat bersahabat tentang umat Kristen (Nasrani).
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabi'in, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal salih, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati (2: 62).
Pengakuan kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai golongan orang-orang yang beriman kepada Allah adalah sesuai dengan jaminan yang diberikan oleh Waraqah, saudara sepupu Khadijah isteri nabi Muhammad SAW itu, bahwa wahyu-wahyu yang akan beliau terima itu dapat diperbandingkan dengan wahyu-wahyu yang diterima oleh Nabi Musa. [7]
Segera setelah Hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad SAW menerima wahyu berkenaan dengan kesulitan yang dialami beliau terhadap orang-orang Yahudi di Madinah yang tengah bermusuhan dengan orang-orang Nasrani:
Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang beriman adalah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani." Yang demikian itu disebabkan karena diantara mereka (orang-orang Nasrani itu) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, juga karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri. (5: 82).
Penghargaan dan pujian yang diberikan kepada orang-orang Nasrani ini dapat mencerminkan kebaikan hati yang dahulu ditunjukkan kepada segolongan umat Islam di kekaisaran Nasrani Abyssinia (atau sekarang Ethiopia), ketika umat Islam melepaskan diri dari penyiksaan dan penganiayaan masyarakat Quraish di Mekah.
Ayat di bawah ini lebih lanjut dapat menunjukkan kemurahan hati orang-orang Nasrani, namun demikian ayat ini juga tetap mengkritik tradisi monastik mereka:
Kemudian Kami iringkan di belakang mereka rasul-rasul Kami dan Kami iringkan pula Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah (tradisi monastik yang membujang dan mengurung diri di dalam biara), padahal Kami tidak mewajibkan kepada mereka tetapi mereka sendirilah yang mengada-adakan untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik (5:27).
Ayat berikut ini rupanya menunjukkan kesadaran antara perpecahan dan perselisihan di antara orang-orang Nasrani, meskipun menurut pemikiran dapat menunjukkan perselisihan antara orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani. Perjanjian itu dapat menjadi perjanjian atau statemen baru sebagaimana dipahami oleh orang-orang Nasrani pertama:
Dan di antara orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya kami ini orang-orang Nasrani", ada yang telah Kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka sengaja melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya; maka Kami timbulkan di antara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat. Dan kelak Allah akan memberikan kepada mereka apa yang selalu mereka kerjakan (5: 14).
Argumen-argumen yang ditunjukkan pada ayat di bawah ini di antara orang-orang Yahudi dan Nasrani:
Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan," padahal mereka sama-sama membaca Al-Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari kiamat, tentang apa-apa yang mereka perselisihkan itu (2: 113).
Ayat di atas menyebutkan bahwa tuduhan-tuduhan satu sama lain antara orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani, menyebabkan mereka saling menghapuskan pihak lain.
Kecaman orang-orang Yahudi dan Nasrani satu sama lain di atas benar-benar membuktikan bahwa mereka sama-sama tidak mengakui kenabian Muhammad SAW, meskipun masing-masing tetap mempertahankan kebenaran mereka secara eksklusif, sebagaimana dijelaskan pada ayat berikut ini:
Dan mereka berkata: "Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk." Katakanlah: "Tidak, bahkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah Ibrahim itu dari golongan orang musyrik (2: 135).
Bahkan dikatakan bahwa Ibrahim dan keturunan-keturunannya langsung itu bukan orang-orang Yahudi ataupun bukan orang-orang Nasrani. [8] Ada yang perlu dicatat bahwa tak dapat disangkal Nabi Ibrahim AS dan lain-lainnya adalah "petunjuk" dan tidak mungkin mengakui petunjuk ini sebagai orang Yahudi atau orang Nasrani; tentu saja ini secara implisit harus ada sumber petunjuk yang lain. (Ibrahim dalam pandangan Islam adalah seorang nabi/rasul, yang dengan sendirinya menerima dan mengakui petunjuk). Kata hanif yang dipergunakan di dalam Al-Qur'an menunjukkan seorang monoteis yang bukan Yahudi atau bukan Nasrani, dan kata ini hanya digunakan untuk agama Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad SAW beserta pengikut-pengikut beliau. Sebagian apologetika Al-Qur'an, ada yang menentang agama-agama yang terlebih tua dan terlebih dahulu hadirnya di muka bumi ini. Para ulama muslim terdahulu menyebutkan sebagian kecil manusia yang menganggap rendah Muhammad, mereka katakan menjadi orang-orang yang hanif terhadap para pengikut Ibrahim dan Muhammad ini. Namun demikian, tidak ada bukti yang menunjukkan sebutan orang-orang hanif itu adalah kata itu sendiri, sungguhpun penjelasan demikian diberlakukan. Dalam syair Jahili dan dalam bahasa Nasrani, kata hanif ini berarti kafir atau penyembah berhala dikarenakan tidak mengikuti agama Nasrani itu.
Apa yang barangkali dapat dipandang sebagai awal mula kisah Nasrani (Kristen) di dalam Al-Qur'an adalah materi legenda yang tidak diketemukan pada Perjanjian Baru:
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran, melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing), sebagai satu keturunan yang sebagiannya keturunan dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ingatlah ketika isteri Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menadzarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang salih dan berhidmat (di Bait al-Maqdis). Karena itu terimalah nadzar itu dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." Maka tatkala isteri Imran melahirkan anaknya, iapun berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkan seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah sama seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamainya Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau dari setan yang terkutuk." Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nadzar) dengan baik dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya. Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata: "Hai Maryam, dari mana kamu memperoleh makanan ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah." Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa hisab (3: 34-37).
Imran dalam bahasa Arab dengan membentuk kata amran, ayah Musa, Aaron dan Miriam di dalam Bibel. Sebagian masyarakat Mekah seolah dibingungkan antara kata Mary dengan Miriam, karena nama tersebut menjadi sama dalam bahasa Arabnya dan bahkan Mary dialamatkan sebagai anak putri Aaron pada (19: 28).
Ayat tersebut dilanjutkan dengan pertimbangan kelahiran John sang pembaptis (Yahya) yang kira-kira secara kasar sesuai dengan Lukas dalam 1: 5 25, 57-64:
Disanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do'a. Kemudian malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan salat di mihrab (katanya): Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi termasuk keturunan orang orang salih." Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku sudah sangat tua dan istriku pun seorang yang mandul? Berfirman Allah: "Demikianlah Allah berbuat apa yang dikehendakiNya." Berkata Zakaria: "Berilah aku suatu tanda-tanda (bahwa istriku telah mengandung)." Allah berfirman: "Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari." (3:38-41).
Ada pula penjelasan yang sama namun dalam surat dan ayat yang lebih panjang pada 19: 1-15. Selanjutnya diikuti oleh kisah yang tersebar luas tentang Maryam dan kelahiran Isa:
Dan ceritakanlah tentang kisah Maria (Maryam) di dalam Al-Qur'an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami (Jibril) kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata: "Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang taqwa." Ia (Jibril) berkata: "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu untuk memberimu seorang anak laki-laki yang Suci." Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah ada seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina." Jibril berkata: "Demikianlah Tuhanmu berfirman: "Hal itu adalah mudah bagiKu; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan." Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan." Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang sudah masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernadzar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara kepada seorang manusia pun pada hari ini." Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina," maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan." Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan sejahtera semoga dilimpahan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dunia dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali." Itulah Isa putra Maryam yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya (19: 16-34).
Di samping kisah yang diceritakan ayat di atas bukannya tidak sama dengan kisah yang ada pada Lukas 1: 26-38. Kisah kelahiran tersebut sama sekali memang berbeda, agar sekiranya umat Kristen membaca tentang peristiwa lain yang terjadi. Tidak ada penjelasan tentang hubungan Maria (Maryam) dengan Yusuf (Joseph), juga tidak ada hubungan dengan perjalanannya ke Bethlehem, juga tidak ada kaitannya dengan kelemahan. Sebelumnya tidak ada sumber-sumber lain tentang kisah kelahiran ini, namun boleh jadi ada bagi orangorang Kristen di Arabia yang berpegang teguh dengan pandangan yang demikian itu. Apa yang penting adalah sesuai dengan sebagian besar tafsir Al-Qur'an yang mengajarkan konsepsi keperawanan berkaitan dengan kelahiran Yesus (Isa), walaupun sebagian komentator muslim modern mencoba menolak keperawanan ini. [11] Agaknya Al-Qur'an lebih perduli ketimbang ajaran-ajaran yang mempertahankan Maryam dari tuduhan ketidaksucian dan zina; dan kata-kata di ayat terakhir yang dikutip -- "pernyataan kebenaran" -- kemungkinan mengimplisitkan ayat tersebut yang berakhir dengan semua fitnah yang menjelaskan persoalan pokok konsepsi secara tepat yang sebenamya. Pengakuan konsepsi kesucian Yesus (Isa) oleh umat Islam bersamaan dengan penolakan mereka atas ketuhanannya, agaknya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan penting antara konsepsi keperawanan, kesucian dan ketuhanan, dan refleksi yang cenderung mendukung hal ini. Namun yang dapat dikatakan bahwa bagi orang-orang yang beriman kepada hakekat ketuhanan Yesus atas dasar yang lain adalah menguntungkan pada konsepsi kesucian dan keperawanan.
Pernyataan paling penuh tentang hakekat kenabian Yesus (Isa) diberikan pada kisah periwayatan yang lain:
(Ingatlah) ketika malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang daripada Nya) Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang orang yang salih." Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun." Allah berfirman (dengan perantaraan malaikat Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah," lalu jadilah dia. Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al-Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil. Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israel (yang berkata kepada mereka): "Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, kemudian ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkkan orang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang yang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah satu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman." Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari Tuhanku. Karena itu bertaqwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Sesungguhnya, Allah Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus." Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israel) berkatalah dia: "Siapakah yang menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri (muslimin). Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukkanlah kami ke dalam gologan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)" (3: 45-53).
Nama orang- orang yang menolong (ansar) yang diberikan kepada para pendukung Nabi Muhammad SAW di Madinah, dan juga penyatuannya dengan nasara (umat Kristen). Kata hawariyun yang dipakai didalam Al-Qur'an hanya dimaksudkan bagi murid- murid (sahabat-sahabat setia) Yesus (Isa).
Mu'jizat yang dijelaskan pada ayat terdahulu juga terdapat pada ayat lain, walaupun tanpa adanya preskripsi-preskripsi legal, lalu ditambahkan:
Dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israel (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata: "Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata" (5: 110).
Pada ayat-ayat di atas dijelaskan bahwa Isa dikirim oleh Tuhan kepada Bani Israel, dan dengan demikian mejadi salah satu keturunan Ibrahim. Walaupun demikian, dia ini dipandang sebagai seorang hakim, "memperkuat" Torah (Taurat), sekalipun dengan berbagai variasi yang berbeda-beda satu sama lain. Mu'jizat burung dari tanah yang kemudian dapat hidup, yang tidak terdapat pada Perjanjian Baru, begitu dikenal sampai ke para ilmuwan dari berbagai macam ajaran heretikal. [12]
Ada dua hal yang tampil di dalam Al-Qur'an untuk menolak kepercayaan bahwa Isa itu mati di tiang salib. Hal yang kedua ialah menolak hakekat ketuhanan Yesus (Isa). Mengenai penolakannya terhadap kematian Yesus di tiang salib adalah ayat Al-Qur'an yang menyebutkan:
Dan karena kekafiran mereka (umat Yahudi terhadap Isa) dan karena tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina), dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keraguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang yang dibunuh itu kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak pula yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepadaNya, dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (4: 156-158).
Sementara ada ayat lain yang kurang jelas:
(Ingatlah) ketika Allah berfirman: "Wahai Isa, sesungguhnnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang kafir sampai hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya" (3: 55).
Pada ayat yang kedua ini terma yang samar-samar diterjemahkan dengan "menyampaikan kamu ke akhir ajalmu" (mutawaffika) yang biasanya digunakan untuk pengertian "menyebabkan engkau mati" (selain arti mati di tiang salib). Orang-orang kafir yang mengikuti Isa yang disebutkan itu bisa jadi orang-orang Yahudilah yang tidak mengakui Yesus dan yang sekarang dalam posisi yang lebih rendah di Kekaisaran Byzantine.
Ayat pertama menunjukkan serangan orang-orang Yahudi dan menegaskan bahwa mereka tidak membunuh Yesus. Dalam pengertian ini, sebenarnya karena penyaliban adalah perbuatan serdadu-serdadu Romawi; dan benar juga dalam artiannya yang lebih mendalam, karena penyaliban itu bukan merupakan kemenangan bagi orang-orang Yahudi dalam pandangan mereka tentang kebangkitan kembali Yesus setelah mati. Kalimat shubbiha lahun itu diterjemahkan "seolah olah menjadi seperti mereka" adalah samar-samar dan dapat diterjemahkan dengan cara-cara yang sangat berbeda. Penafsiran umum di tengah kaum muslimin adalah bahwa ada orang lain, kemungkinan sekali Yudas yang diserupakan dan menggantikan Yesus. Sekte heretik modern dari Ahmadiyah berpegang pada pendapat yang mengatakan bahwa Yesus hanyalah pingsan di atas tiang salib, masih tetap hidup dan pulih kembali menjadi sehat seperti sedia kala. Lalu pergi ke arah timur untuk menjalankan da'wah; dan golongan Ahmadiyah mengklaim telah menemukan kuburannya di Kashmir. Selama berabad-abad sebelum lahimya Nabi Muhammad SAW, berbagai macam kelompok heretikal Kristen mencoba menjelaskan kematian Yesus di tiang salib dengan cara yang sama. [13] Di tahun-tahun belakangan ini satu atau dua orang muslim telah mencoba menemukan penafsiran-penafsiran ayat di atas yang tidak bertentangan dengan kepercayaan Kristen, karena Yesus benar-benar meninggal dunia. [14] Walaupun demikian, masih tetap ada bukti bahwa hampir seluruh umat Islam sejak zaman Nabi Muhammad sampai hari ini telah menafsirkan ayat di atas dengan maksud bahwa Yesus itu tidak mati di tiang salib. Jadi persepsi Kristianitas mereka itu meliputi penolakan apa yang menjadi masalah sentral terhadap seluruh keimanan Kristen.
Penolakan hakekat ketuhanan Yesus (Isa) dikemukakan dalam banyak ayat Al-Qur'an dan dengan demikian juga berarti penolakan secara langsung terhadap ajaran Trinitas. Sebagaimana dijelaskan pada ayat-ayat berikut ini:
Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al-Masih, putra Maryam, itu adalah Rasulullah dan yang diciptakan dengan kalimat-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan jangan kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga." Berhentilah dari ucapan itu, itu lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai pemelihara (4: 171).
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah adalah Al-Masih putra Maryam," padahal Al-Masih sendiri berkata: "Wahai Bani Israel, sembahlah Allah, Tuhanmu dan Tuhanku." Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang dzalim itu seorang penolongpun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan, "bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa (5: 72-73).
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Wahai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia. Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?" Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakkan apa yang bukan hakku dan mengatakannya. Jika aku pernah mengatakannya niscaya Engkau telah mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib ... Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku mengatakannya, yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu." (5: 116-117).
Pada konteks di atas jelas tidak perlu mendiskusikan ayat-ayat tersebut secara terinci. Masalah-masalah ilmiah yang membicarakan tentang kematian Isa itu telah lama dibicarakan oleh Geoffrey Parrinder. [15] Al-Qur'an tidak mempunyai pertimbangan sahih tentang kepercayaan mayoritas luas umat Kristen di masa hayat Nabi Muhammad, baik kepercayaan umat Kristen yang ada di Gereja Besar maupun golongan Monofisit dan golongan Nestorian. Ide bahwa Maryam adalah salah satu dari Trinitas barangkali berasal dari ketentuan kelompok Coliridian yang tidak jelas, di Arabia kedengarannya lebih dari dua abad sebelum Muhammad lahir. Juga mungkin adanya kebimbangan terhadap kenyataan bahwa dalam bahasa Semit, kata yang menunjukkan Ruh itu adalah feminim (mu'annats). Al-Qur'an juga agaknya berasumsi bahwa umat Kristen memahami "anak" dalam arti fisikal sebenarnya, sementara ketika bangsa Arab pagan mengatakan beriman kepada "anak perempuan Tuhan" ini tidak memungkinkan diartikannya secara fisik.
Dalam kasus Kristen sebagaimana yang terjadi di dalam Yahudi, yang penting adalah untuk mencatat seberapa banyak yang tidak dikatakan. Tidak disebutkan kalau Yesus itu tidak ada kaitannya dengan orang-orang bidaah yang sebenarnya, melainkan berkenaan dengan orang-orang yang beriman kepada Tuhan tetapi memberikan penekanan-penekanan yang salah kedalam praktek-praktek keagamaan. Misalnya, menuntut dipenuhinya secara seksama kewajiban-kewajiban ritual namun lalai terhadap keadilan dan memelihara hal-hal yang lain; dan mereka juga tidak mau memperlakukan orang-orang yang mereka anggap berdosa secara benar. Untuk menemukan kerusakan yang terakhir inilah Yesus menegaskan bahwa dalam kasus penyesalan diri atau taubat bagi pelaku perbuatan dosa, Tuhan bukan hanya mengampuni hukuman melainkan malah memperbaiki orang-orang yang berbuat dosa agar bahagia dan terlepas dari dosa. Lagi-lagi di dalam Al-Qur'an tidak ada yang membicarakan tugas utama Yesus (Isa), baik yang disebutkan sebagai pengabsahan kerajaan Tuhan maupun penyelamatan dunia atau dengan beberapa nama yang lain. Sementara itu dikatakan bahwa Yesus menerima kitab suci dari Tuhan yang diberi nama Injil (Gospel atau Evangel). Maka tidak ada yang mengatakan bahwa ini sepertinya merupakan ajaran yang lebih aktual di dalam Perjanjian Baru ketimbang kitab Taurat yang diterima oleh Musa yang dianggap sama aktualnya dengan kitab Pentateuch. Selanjutnya umat Islam biasanya menolak ajaran-ajaran aktual kita, yaitu kitab yang diterima oleh Yesus, karena terdiri dari seluruh wahyu yang berasal dari Tuhan dan bukan merupakan pemyataan-pernyataan historis tentang Yesus.
Ada ayat yang dapat dinyatakan dalam mana umat Kristen dapat melihat petunjuk Eucharist:
(Ingatlah) ketika pengikut-pengikut Isa berkata: "Wahai Isa putra Maryam, bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?" Isa menjawab: "Bertaqwalah kepada Allah jika betul-betul orang beriman." Mereka berkata: "Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu." Isa putra Maryam berdo'a: "Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rizkilah kami, dan Engkaulah Pemberi rizki Yang Paling Utama." Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu."
Dari ayat ini tidak mungkin memberikan ide yang signifikan tentang Eucharist bagi umat Kristen.