Kamis, 20 Mei 2010

DENGAN HATI DAN ROH YANG BARU KITA MEMBANGUN PAGUYUBAN BERIMAN

CERAMAH UMUM III Konvenda V PKK se NUSRA

PEMBUKAAN :

Sebelum memasuki tema ini, adalah baik jika terlebih dahulu kita merefleksi keberadaan Pembaruan Karismatik Katolik yang telah mencapai usia lebih dari 40 tahun.

Dalam kehidupan ini kita perlu sejenak berhenti pada titik-titik tertentu untuk merenungkan kembali seluruh perjalanan hidup dan mengadakan pemeriksaan kenyataan masa ini, kemudian membuat komitmen yang baik bagi perjalanan selanjutnya.

Demi hal tersebut, maka sebagai pokok bahasan ceramah umum ini akan terdiri atas :
* Keberadaan PKK dalam gereja.
* Pentingnya Pembaruan terus menerus oleh roh kudus.
* Membangun paguyuban beriman.

Keberadaan Pembaruan Karismatik Katolik Dalam Gereja

Dalam perjalanan yang relatif panjang, Pembaruan Karismatik dalam Gereja Katolik pantas menoleh kembali kepada saat-saat awal. Sebagaimana umumnya bahwa setiap pembaruan hampir selalu ditanggapi dengan reaksi pro dan kontra, demikian pula halnya ketika PKK muncul dalam Gereja. Bagi mereka yang mendukung, PKK dipandang sebagai jawaban Tuhan terhadap doa Paus Yohanes XXIII. Ketika mengumumkan akan diadakannya Konsili Vatikan II, Beliau mengajak seluruh Gereja berdoa mohon rahmat Roh Kudus.

Menyalin dari teks yang termuat dalam buku "Mungkinkah Karismatik sungguh Katolik" SEBUAH PENCARIAN, karya Rm. Deshi Ramadhani, SJ maka doa tersebut adalah sebagai berikut :

"Perbaruilah keajaiban-keajaibanMu pada hari ini, sebagaimana halnya dengan sebuah Pentakosta yang baru. Berikanlah kepada Gereja Mu, agar dengan bersatu hati dan bertekun dalam doa bersama Maria, Bunda Yesus dan mengikuti pimpinan Petrus yang terberkati, Gereja mampu mempercepat kerajaan Penyelamat Ilahi kami, kerajaan kebenaran dan keadilan, kerajaan kasih dan kedamaian". Amin.

Doa tersebut terjawab setelah berakhirnya Konsili. Tidak lama kemudian, terjadilah pengalaman baptisan Roh di kalangan sekelompok mahasiswa Duquesne University di Pittsburgh, Amerika, yang sedang berdoa di depan Sakramen Mahakudus di kapel tempat mereka melakukan suatu retret akhir pekan. Pengalaman iman mereka itu tak dapat disimpan. Mereka segera menceritakan pengalaman bersama Tuhan dan berita ini terus merebak sampai ke mana-mana. Dan karya pembaruan oleh Roh Kudus ini terus berkembang menjamah hampir seluruh muka bumi, termasuk Indonesia.

Kardinal Ratzinger (sekarang Bapa Suci Paus Benedictus XVI) pernah berbicara mengenai doa Paus Yohanes XXII dalam kaitan dengan Pembaruan Karismatik Katolik. Harapan Paus Yohanes XXIII akan terjadinya Pentakosta Baru telah dikabulkan Tuhan. Ketika dunia sedang dikacau balaukan oleh skeptisisme rationalistis, sebuah pengalaman akan Roh Kudus terjadi dan kemudian bertumbuh menjadi suatu pembaruan yang menjamah seluruh dunia. Karisma-karisma yang diceritakan dalam Perjanjian Baru, muncul sebagai kenyataan dalam jaman kini.

Pentingnya Pembaruan Terus Menerus Oleh Roh Kudus

Melalui pengalaman kebanyakan orang, pembaruan yang dialami harus terus menerus dipelihara dan dipertumbuhkan. Pembaruan yang terhenti tampaknya bisa menimbulkan berbagai macam ekses. Misalnya; Pada awal mula orang terdorong dan terpanggil untuk melayani dalam bidang-bidang pelayanan sesuai bakat masing-masing. Seiring dengan semakin bertambahnya ketrampilan dalam pelayanan, bertambah pula dalam kebanggaan diri, bilamana hubungan intimnya dengan Tuhan Yesus dan kemauannya untuk belajar kerendahan hati dan kelemah lembutan daripada-Nya tidak terus menerus diperdalam.

Di beberapa tempat mulai terjadi gejala "mencari status/pengakuan". Penggunaan karunia-karunia Roh dimanipulasikan, kritikan-kritikan dilontarkan terhadap orang-orang yang dinilai memperoleh anugerah karunia yang sama dengan dirinya. Persaingan terjadi, karena nafsu kemanusiaan yang menggemari ketenaran tidak terkontrol. Siapakah yang pantas menjadi "bintang" ?. Perpecahan terjadi. Mengapa semua ini terjadi ? Padahal hakekat dasar Pembaruan Karismatik Katolik adalah kasih dan persatuan, sebagaimana yang terjadi dalam Pentakosta pertama (Kis. 2 : 1 - 11). Jika dalam peristiwa Menara Babel, oleh dosa dan kesombongan manusia, maka mereka dicerai beraikan dan menjadi tidak mengerti satu sama lain, maka oleh turunnya Roh Kudus, maka semua dipersatukan kembali dengan saling mengerti bahasa yang diucapkan pada hari Pentakosta itu. Jawaban sederhana yang bisa kita pikirkan adalah : karena pembaruan yang dialami tidak dipelihara oleh kemurnian hati yang terbuka total terhadap Roh Kudus.

Sebagaimana pemahaman dan pengalaman umat Katolik sesuai dengan ajaran Gereja yaitu bahwa pertobatan adalah merupakan suatu proses yang terus menerus (on going repentance), merupakan pembaruan demi pembaruan dalam segala segi kehidupan sambil menyatukan iman kepada Tuhan Yesus, maka pembaruan hidup oleh Roh Kudus juga membutuhkan proses yang semakin diperdalam. Panggilan umat beriman adalah menjadi kudus, dan kekudusan itu menjadi semakin sempurna melalui suatu jalan panjang, bukan hanya oleh satu peristiwa saja.

Membangun Paguyuban Beriman

Tak dapat diabaikan bahwa pertumbuhan dalam pembaruan ini memerlukan sarana-sarana. Pertama adalah keintiman pribadi bersama Yesus melalui doa pribadi tiap hari dan renungan Sabda Tuhan tiap hari. Seiring dengan itu sangat perlu untuk menggabungkan diri dalam suatu komunitas umat beriman dan melakukan pelayanan. Sebagai mahluk sosial, maka manusia tidak dapat melepaskan diri dari kebutuhannya terhadap lingkungan, terutama sesama yang bermanfaat bagi pertumbuhan hidupnya.

Lingkungan hidup tersebut membawa pengaruh sangat besar terhadap 'pandangan hidup' dan 'cara hidupnya'. Lingkungan hidup yang bersifat "duniawi" cenderung mempengaruhi seseorang hidup secara "duniawi" pula. Kenyataannya banyak hal yang dibawa oleh lingkungan "duniawi" tidak sesuai atau bahkan seringkali bertentangan dengan pandangan dan cara hidup "kristiani". Oleh karena itu seorang yang telah menerima Sakramen Baptis, demikian pula yang mengalami baptisan dalam Roh, sangat perlu untuk hidup di dalam suatu lingkungan komunitas umat Kristiani, agar pandangan dan cara hidupnya juga terbentuk sesuai dengan ajaran dan kehendak Tuhan Yesus Kristus. Dalam doa-Nya Yesus mengatakan : Yohanes 17 : 14 - 19.

Apakah yang dimaksud dengan komunitas umat Kristiani ?

Komunitas umat Kristiani adalah persekutuan orang-orang yang :
  1. Mau mengakui kedaulatan Tuhan Yesus Kristus di dalam hidupnya (Yesus adalah Kepala dari kehidupan seorang pribadi dan juga merupakan Kepala dari seluruh persekutuan Kristiani). Kristus yang hidup dan mengasihi terus menerus dijadikan penghayatan seluruh hidupnya.
  2. Mau mengasihi Tuhan Yesus dengan cara mengasihi seorang terhadap yang lain dengan kasih Kristus sendiri. (1 Yohanes 5 : 1).


Jadi dasar hukum dari Persekutuan Kristiani haruslah : Markus 12 : 30 - 31.

Persekutuan umat Kristiani haruslah kita pandang sebagai suatu jawaban Tuhan untuk menolong dan menyelamatkan agar umat Kristiani tidak terseret pengaruh negatif dari lingkungan duniawi. Kita seringkali mendengar bahwa dunia membawa pengaruh materialisme, hedonisme, nafsu berkuasa kepada kita, namun akhir-akhir ini kita juga harus menengarai adanya pengaruh2 lain yang jauh lebih dahsyat dan jahat serta membawa maut bila kita tidak mewaspadainya yaitu seperti yang tertulis di dalam : 1 Yohanes 4 : 1-6.

Benarlah seperti yang Santo Paulus tuliskan di dalam Roma 5 : 20 - 21, di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah, supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikianlah kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Karena itu janganlah menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah dan saling menasihati serta semakin giat melakukannya . Ibrani 10 : 23-25.

Dalam Yohanes 17 : 21 Yesus menyatakan bahwa persekutuan umat Kristiani harus merupakan cermin yang jelas dari persekutuan antara Allah Bapa dan Allah Putra yang melahirkan Roh Kasih yaitu Roh Kudus yang mencurahkan kasih itu ke dalam hati umatNya (Roma 5 : 5).

Tujuan setiap orang di dalam persekutuan Kristiani harus sama, yaitu :
  1. Bersama-sama menjalani bentuk kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah, mengutamakan Allah di atas segalanya. Membebaskan umat dari pandangan dan cara hidup yang salah/tidak sesuai dengan kehendak Allah.
  2. Bersama-sama menyadari hidup sebagai "keluarga Tuhan", dengan Allah Bapa sebagai Bapanya dan setiap umat sebagai anak-anak Allah, sehingga dapat hidup secara harmonis, saling menerima dan menghormati. Roma 15 : 1, 5-7.
  3. Bersama-sama mengambil keputusan yang mantap untuk saling mengasihi, menyadari saling membutuhkan. (I need you because I love you). Karena itu persekutuan Kristiani ada atas dasar saling membutuhkan dan bukan karena keharusan.


Cara untuk mencapai tujuan itu :
  1. Pengajaran/renungan Firman Tuhan.
  2. Relasi antar pribadi.
  3. Bimbingan rohani.


Persekutuan Kristiani harus memancarkan terang Kristus dengan muka yang tidak berselubung (II Korintus 3 : 18), sehingga kemuliaan yang berasal dari Allah sendiri akan mempunyai daya kuasa untuk menyelamatkan dunia, menyalurkan kasih Tuhan terhadap sesama manusia. Daya kuasa Allah menyentuh dan mengubah dunia justru melalui persekutuan Kristiani yang ada di tengah dunia ini. Ibu Teresa mengatakan : "Senyuman melahirkan senyuman sebagaimana kasih melahirkan kasih".

Paus Benedictus XVI menyatakan bahwa dunia sedang dilanda kemiskinan yang luar biasa. Kemiskinan yang diderita bakan hanya dalam bentuk kelaparan dan kehidupan yang berada di bawah taraf layak, melainkan juga dalam ketidak mampuan menyerap sukacita kehidupan karena kelelahan yang sangat, ketidak mampuan mengasihi, memperhatikan, mempedulikan sesama dan ketidak mampuan menerima semua ini. Ketidak mampuan menghargai martabat orang lain pun merupakan salah satu bentuk kemiskinan.

Inilah gambaran dunia masa kini. Kehadiran persekutuan Kristiani di tengahnya sangat diharapkan mampu membawa kasih dan kehangatan serta perhatian kepada dunia yang sedang menderita. Apabila pemahaman tentang komunitas kristiani disempitkan menjadi semata suatu aktivitas pertemuan orang beriman, maka kelompok ini akan menjadi kerdil. Pandangan hanya terbatas kepada jadwal, susunan acara, memikirkan kebutuhan diri sendiri.

Memang selama berada di dunia ini persekutuan umat Kristiani belumlah mengalami kesempurnaan. Namun dalam kemauan yang sama, perjuangan bersama kita menuju kepada kesempurnaan, sampai nanti mencapainya dalam persekutuan abadi di sorga.

Komunitas Beriman Harus Menjadi Karunia Istimewa Roh Kudus Bagi Gereja dan Masyarakat

Buah-buah indah yang dihasilkan oleh komunitas beriman bukan hanya berguna bagi pertumbuhan diri sendiri melainkan juga untuk sesamanya dan bagi pembangunan Tubuh Kristus (Gereja) secara utuh. Sebagimana halnya ketika Paus Yohanes XXIII berdoa bagi terjadinya Pentakosta baru, kerinduannya adalah terjadi pembaruan Gereja secara menyeluruh, bukan hanya bagi suatu kelompok tertentu.

Bentuk konkrit Gereja semesta adalah Komunitas Basis Gereja (KBG). Di berbagai Keuskupan, KBG menjadi prioritas karya pastoral yang utama. Karena itu komunitas kristiani yang ada dalam Pembaruan Karismatik Katolik seharusnya menjadi berkat yang bermanfaat dan menghidupkan KBG yang relatif masih muda usia di tanah air ini. Perjalanan ke arah exklusivitas perlulah diwaspadai dan dihindari.

Kekayaan berupa doa, kesaksian hidup dan kesaksian lisan, cinta dan penghayatan Kitab Suci, penyadaran mengalami pertobatan / pembaruan hidup terus menerus, dan kasih persaudaraan selayaknya menjadi modal yang mampu menggerakkan dan menyemangati KBG yang ada.

Semoga setelah mengikuti Konvenda V ini, para pemimpin Pembaruan Karismatik Katolik digerakkan oleh Roh Kudus untuk kembali ke tempat masing-masing dengan komitmen membangun paguyuban beriman yang dipenuhi oleh orang-orang yang mengalami pembaruan hati dan roh. Kemudian siap untuk menjadi terang dan garam bagi dunia melalui kasih, perhatian, kepedulian dan kehadirannya.

Sumber Bahan :
  • Mungkinkah Karismatik Sungguh Katolik ? Sebuah Pencarian : Deshi Ramadhani, SJ. Penerbit KANISIUS tahun 2008.
  • Makalah Ceramah Umum KONVENAS IX PKK 2003 : "Komunitas Karismatik Yang Berbuah Kasih" oleh : Bapa Uskup Hilarius Moa Nurak, SVD - Uskup Pangkalpinang
  • Ceramah Umum Konvenda VI Semarang Plus 2008 : "Servant Leadership" oleh Fr. Gino Henriquess, CSsR.