Sebagaimana wujudnya hukum-hukum alam yang mentadbir alam semesta ini, demikian juga ada hukum-hukum rohani yang mentadbir hubungan anda dengan Tuhan. |
|
Sebagaimana wujudnya hukum-hukum alam yang mentadbir alam semesta ini, demikian juga ada hukum-hukum rohani yang mentadbir hubungan anda dengan Tuhan. |
|
Oleh: Pdt Daniel T.A. Harahap
Pengantar
Siapa yang belum pernah mendengar atau menyebutkan kata dosa? Mungkin tak ada. Barangkali semua orang merasa tahu tentang dosa sejak kecilnya. Tapi baiklah kita bertanya lagi: apa sebenarnya arti dosa? Ya, apa itu dosa? Dan mengapa kita mengaku dosa saban minggu? Di gereja Katolik bahkan mengapa masih disediakan ruang-ruang privat, dimana jemaat dapat mengaku dosanya kepada pastor, tanpa didengar oleh orang
lain? Sebaliknya: mengapa di beberapa gereja tertentu tidak ada lagi pengakuan dosa dalam ibadah? Pertanyaan-pertanyaan ini menyadarkan kita bahwa dosa walaupun begitu sering diucapkan, belum tentu juga jelas dipahami maknanya.
4 (Empat) Arti Dosa
Berdasarkan kesaksian Alkitab kita bisa merumuskan minimal 4(empat) arti dosa:
Pertama: dosa adalah kegagalan melakukan yang baik dan benar yang diperintahkan Allah. Di sini dosa mirip dengan anak panah yang meleset dari sasaran yang ditentukan. Atau memakai gambaran olah raga, dosa ibarat shuttle cock yang jatuh di luar garis atau bola yang keluar dari gawang.
Sasaran hidup dan tindakan manusia adalah yang baik dan benar, namun adakalanya atau sering manusia gagal atau meleset melakukannya, dan malah melakukan yang jahat dan salah. Itulah dosa. Namun kegagalan ini bukan hanya mencakup tindakan spesifik atau konkret, tetapi juga kegagalan mengasihi orang lain dan kegagalan menjadi manusia yang utuh. Tuhan menciptakan manusia untuk mengasihi sesamanya dan menjadi dirinya sendiri, namun ada kalanya manusia meleset. Alih-alih mengasihi, manusia malah membenci dan mendengki sesamanya. Alih-alih menjadi manusia seutuhnya manusia malah tanpa sadar menjadi “binatang”. Itulah dosa.
Kedua: dosa adalah pemberontakan terhadap pemerintahan Allah. (Kej 3). Namun Alkitab juga melukiskan dosa bukan sekedar kegagalan melakukan yang baik, benar dan bertanggungjawab, tetapi juga sikap memberontak terhadap pemerintahan Allah. Alkitab menyaksikan Allah adalah Raja dan penguasa yang sah atas kehidupan manusia. Dialah yang empunya kerajaan, kuasa dan kemuliaan. Dialah Pencipta langit dan bumi serta segala isinya. Namun manusia memberontak ingin otonom, bebas dari pengendalian Allah, dan menjadi penguasa atas dirinya sendiri. Itu adalah pemberontakan dan itulah dosa. Dengan kata lain: segala sikap yang memberontak terhadap wewenang dan kuasa Allah memerintah diri kita adalah dosa.
Ketiga: dosa adalah bakat, potensi, dan kecenderungan melakukan yang jahat yang melekat di dalam diri manusia.Namun kekristenan menggambarkan dosa lebih parah dan buruk dari kegagalan melakukan yang baik. Dosa dilukiskan sebagai bakat melakukan yang jahat yang melekat dalam diri manusia itu sejak lahir sampai mati. Sesuai dengan istilahnya, bakat melakukan yang jahat (baca: mencuri, berbohong dan berzinah dll) itu bukan sekedar pengaruh lingkungan tetapi memang menjadi bagian asali diri manusia itu.
Manusia diciptakan Allah baik adanya. Namun kejatuhannya ke dalam dosa, membuat manusia menjadi retak dan tidak lagi sempurna. Dia tidak lagi semata-mata baik. Manusia tanpa kecuali mempunyai potensi atau kemampuan dalam dirinya untuk salah, keliru atau bahkan jahat. Inilah hakikat kemanusiaan itu. Selain mampu melakukan hal-hal baik, benar dan indah, manusia ternyata juga bisa melakukan hal-hal jahat, salah dan jelek. Namun dosa itu sudah terlalu parah, potensi dan bakat melakukan yang jahat itu bahkan sudah menjadi kecenderungan atau tendensi dalam diri manusia. Manusia apabila dibiarkan pasti menyimpang. Manusia apabila diberikan kesempatan (apalagi lebih dari satu kali) pasti akan mencuri. Setiap manusia (laki-laki atau perempuan, pelayan atau warga gereja biasa) cenderung untuk korupsi, apalagi bila kondisi dan situasinya mendukung.
Keempat: Dosa adalah kuasa atau tuan yang membelenggu manusia dan mendorong manusia melakukan yang jahat. Bukan mencuri, menipu atau membunuh yang membuat manusia berdosa. Tetapi sebaliknya keberdosaan manusia itulah yang membuatnya mencuri, menipu, membunuh dan melakukan berbagai kejahatan. Dosa bukan akibat tindakan kejahatan tetapi penyebab kejahatan. Dosa adalah biang kerok kejahatan yang membawa kepada maut. Manusia (termasuk para pelayan gereja) tidak dapat melepaskan dirinya dari kondisi dosa itu. Syukurlah Allah telah mengutus PutraNya Yesus, sehingga manusia dibebaskan dari perhambaan dosa dan diangkat menjadi hamba dan anak Allah. Namun selama manusia masih hidup di dunia dan selama masih manusia, sisa-sisa kuasa dosa itu masih melekat. Jika dosa itu ibarat lebah, maka kepalanya sudah diremukkan, namun ekornya masih dapat menyengat. Ibarat peperangan, ibukota dan pemerintahan dosa itu sudah dihancurkan, namun sisa-sisa pasukannya di berbagai wilayah masih potensial mengganggu.
Pengakuan Dosa
Dengan pemahaman tentang dosa di atas, maka sekarang kita sudah lebih mengerti tentang makna pengakuan dosa di gereja saban minggu (anehnya ada juga gereja yang sudah menghapuskan pengakuan dosa dari ibadah-ibadahnya). Dalam pengakuan dosa bersama dan pribadi di gereja kita mengakui kegagalan kita berbuat baik dan benar, ketidakmampuan kita melakukan hal-hal konkret dan spesifik yang dikehendaki Allah. Kita secara jujur mengakui kegagalannya melakukan hal-hal baik dan benar, dan sebagai gantinya melakukan hal-hal jahat dan salah secara pribadi maupun bersama-sama, tersembunyi atau terang-terangan, sendiri atau ramai-ramai, dengan kata atau perbuatan.
Penyesalan sungguh-sungguh
Orang Kristen diundang menyesali dosanya dan merindukan pengampunan dari Allah. Pengakuan dosa setiap minggu ini tidak boleh dijadikan rutinitas atau seremoni belaka, tetapi suatu pengakuan yang sungguh-sungguh dihayati. Dalam pengakuan dosa yang penting bukanlah sekedar merasa haru dan menangis tersedu-sedu, tetapi menyesal sungguh-sungguh.
Anugerah pengampunan
Namun orang Kristen tidak perlu berputus asa atau dihantui rasa bersalah sepanjang hidupnya, karena pernah melakukanm sesuatu yang jahat di masa lalu. Allah maha baik. Dia mau mengampuni dosa umatNya. Gereja mewartakan anugerah pengampunan itu kepada jemaat yang sungguh-sungguh mengaku dosanya dan menyesal. Karena itu dalam kebaktian minggu, pengakuan dosa disusul dengan berita anugerah pengampunan. Umat mengaku dosa dan Allah mengampuni. Bahkan harus dikatakan umat Kristen termasuk para pendeta atau penginjil sekali pun sebenarnya hidup karena dan dalam pengampunan ini karena itu tidak punya alasan meninggikan diri.
Dosa terhadap Roh Kudus
Dalam Alkitab ada disaksikan bahwa seluruh dosa dapat diampuni kecuali dosa terhadap Roh Kudus. Apa sebenarnya dosa terhadap Roh Kudus? Melawan Allah secara sengaja dan sadar. Namun apa ukurannya bahwa seseorang sudah melakukan dosa tak terampunkan itu? Jika orang itu tidak bisa lagi datang kepada Allah, berdoa dan berseru menyebut namaNya. Selama kita masih bisa datang kepada Allah, berdoa, menyeru namaNya, menyesal dalam hati, itu artinya kita belum melakukan dosa terhadap Roh Kudus. Itulah parameternya. Pertobatan sebagai jawaban pengampunan Dalam hidup sehari-hari kita sering mendengar bertobat supaya diampuni. Alkitab sebenarnya berkata lain: bertobatlah sebab sudah diampuni. Penebusan dan pengampunan mendahului pertobatan kita. Dengan kata lain pertobatan adalah jawaban kita terhadap penebusan yang dilakukan Allah.
Pertobatan berasal dari kata metanoia yang artinya pembalikan arah atau perubahan pola pikiran. Ibarat orang yang tadinya berjalan ke selatan kemudian berbalik arah menuju utara. Ibarat orang yang sebelumnya jahat kemudian menjadi baik. Sebab itu pertobatan bersifat radikal (mendasar) dan total (menyeluruh). Tidak ada pertobatan yang parsial (setengah-setengah). Kita tidak bisa bertobat di satu aspek namun tetap melakukan yang jahat di aspek lainnya. Kita tidak bisa berhenti berbohong dan tetap mencuri. Atau berhenti mencuri tetapi tetap berzinah. Melawan satu kejahatan berarti melawan seluruh kejahatan.
Home: http://rumametmet.com
KEJADIAN 37:2-4
“Yusuf, tatkala berumur tujuh belas tahun - jadi masih muda - biasa menggembalakan kambing domba, bersama-sama dengan saudara-saudaranya, anak-anak Bilha dan Zilpa, kedua isteri ayahnya. Dan Yusuf menyampaikan kepada ayahnya kabar tentang kejahatan saudara-saudaranya..”
Manusia di akhir zaman ini cenderung melakukan hal-hal yang jahat, yang bertentangan dengan Firman Tuhan. Setiap hari kita bisa saksikan di banyak media tentang kejahatan dunia yang semakin bertambah. Orang tidak segan-segan lagi untuk membunuh, memfitnah bahkan membalikkan fakta kebenaran.
Contoh berikutnya orang diberkati Tuhan karena hidup benar adalah Ayub. (Ayub 42:10-12) “Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu.” Ayub menerima berkat dua kali ganda, karena ia dengan teguh menjaga hidupnya benar di hadapan Tuhan. (Ayub 1:1). Meskipun ia mengalami penderitaan yang hebat tetapi imannya tetap kokoh kepada Tuhan. Bahkan istrinya pernah menyuruh Ayub untuk menghujat Allah, tetapi Ayub membantah keras istrinya, sehingga hidupnya tidak berdosa di hadapan Tuhan.
Amsal 3:32,33 --> Berkat Tuhan mengalir ke rumah-rumah orang benar.
Amsal 14:12-13 --> Kekuasaan orang benar kokoh, tahtanya tidak tergoyahkan.
Amsal 15:8-9 --> Tuhan menjawab doa-doa orang yang hidup benar. (Bd. Yakobus 5:16).
Mazmur 24:3-4 --> Orang benar dengan tangan yang bersih dan hati yang tulus, akan mendapat karunia-karunia rohani dari Tuhan. Tuhan hanya mau berdiam kepada orang yang menjaga kekudusan.
Yesaya 33:15-16 --> Orang yang hidup dalam kebenaran mendapat jaminan ekonomi dari Tuhan.
Karena itu marilah kita menjaga hidup kita benar di hadapan Tuhan, supaya berkat-berkat, pertolongan, dan doa kita tidak terhambat. Marilah menghindari sifat dan tabiat buruk dunia ini. Sebab keberhasilan dan kesuksesan akan diterima setiap orang benar.Haleluyah!
Tanggal 17 Agustus nanti negeri kita akan merayakan kemerdekaannya yang ke 65. Apa yang terjadi kepada seseorang di usia ke 65 tahun? Bisakah juga diparalelkan dengan hidup kebangsaan kita. Saya kutip apa yang dituliskan Christian Guswai dalam artikelnya tentang Financial Planning. Ia mengatakan bahwa kondisi keuangan 100 orang pada saat mereka berusia 65 tahun adalah sebagai berikut:
Dengan kata lain, 95 % tidak berada dalam kondisi keuangan yang menyenangkan. Ingatlah bahwa itu hanya gambaran individu bukan sebuah negara. Tapi bagus juga jika setelah 65 tahun kita bisa memilih, kira-kira negeri kita ada di posisi mana?
Kemerdekaan atau tema kebebasan juga menjadi tema sentral Alkitab. Allah membebaskan umat Israel dari perbudakan di Mesir, kemudian dari berbagai kerajaan seperti Babilonia, Asyur, dsb. Allah dalam Alkitab adalah Allah yang membebaskan umatNya dari ketertindasan. Kebebasan dari ikatan yang membelenggu adalah tema sentral dalam Alkitab. Bagian mana saja dalam Alkitab anda baca maka anda akan membaca janji Allah untuk membebaskan umat-Nya.
Tetapi Allah menjanjikan segala yang baik asalkan umatNya mendengarkan dan menaati perintah-Nya. Tidak ada yang serta merta. Tidak ada yang datangnya sebagai kewajiban Allah. Sekalipun kasih-Nya sangat besar bagi umat-Nya, tetap saja Ia menunggu saatnya, menungu tampilnya orang yang terbeban, menunggu matangnya sebuah situasi. Dalam hal ini Allah memakai semacam ’syarat’ bagi kemerdekaan itu sendiri.
“Persyaratan ketaatan rohani mendahului semua berkat Allah kepada umatNya. Dan untuk memelihara berkat-Nya, ketaatan juga yang menjadi kuncinya”
Kita tidak bisa menyuap-Nya agar memberikan kepada kita yang kita minta, atau berpikir untuk membayar-Nya dengan harta setelah mendapatkan yang kita minta dengan harapan tidak perlu ada ikatan moral di antara kita dengan Tuhan. Hubungan anda dengan Tuhan sangat berbeda dari hubungan anda dengan seorang dukun. Anda hanya perlu membayar dukun atau para normal setelah anda selesai dengan urusan anda. Bukankah jenis transaksi macam ini lazim dalam dunia perdagangan bahkan dunia prostitusi.
Berbeda dalam hubungan anda dengan Tuhan! Anda tidak bisa membuat Tuhan menerima kerusakan moral anda dan setuju dengan anda atas motif yang menyeleweng dari kebenaran dan keadilan-Nya. Jika Allah bisa setuju dengan ketidak benaran, maka itulah yang terjadi kepada sejumlah anak Tuhan yang mengaku diberkati Tuhan tetapi dengan memakai cara sendiri untuk mendatangkan berkat tersebut.
Untuk kemerdekaan anda dari dosa, anda memerlukan pertobatan. Anda tidak bisa menyuruh Tuhan memaksa anda bertobat. Allah membutuhkan kesadaran anda sedikit saja sebelum Ia mendapat celah mencurahkan Roh Kudusnya untuk menempelak anda akan dosa. Sistem keadilan Tuhan telah menuntut anda dan saya untuk mempertanggung jawabkan seluruh perbuatan kita baik dan jahat.
Yesus datang untuk membebaskan Umat Allah dan dunia ini dari dosa. Tetapi Ia tidak serta merta melakukannya untuk anda dan saya sampai kita datang kepada Yesus dan memohon agar kuasa dan kasih-Nya memenuhi hati anda. Diperlukan langkah awal seperti ketika para imam dalam Perjanjian Lama melangkahkan kakinya masuk ke sungai Yordan barulah sungai itu berhenti mengalir. Anda harus berada di tepian laut merah sebelum tongkat Musa diangkat dan laut terbelah. Anda harus memberikan kemudahan kepada Allah bekerja bagi anda dengan cara menyediakan bensinnya maka api akan datang dari Tuhan menghanguskan sifat berdosa kita.
Yesus menyembuhkan orang juga dengan prinsip yang sama. Walaupun Alkitab di beberapa tempat hanya mengatakan bahwa Ia menyembuhkan orang sakit, seolah-olah tidak ada apapun yang mendahului kesembuhan, dibagian lainnya justru disebutkan Yesus berkata, “Imanmu menyelamatkanmu!”.
Dalam soal keselamatan, diperlukan pertobatan, kelelahan berbuat dosa, kejenuhan berdosa, dan keinginan untuk menjadi baik dan berhenti berbuat dosa. Keinginan saja sudah cukup bagi Allah untuk memulai langkah awal melanda kita dengan kasih-Nya. Nah, waktu Allah melanda kita, barulah kita mendapat penguatan dalam diri kita untuk benar-benar berhenti berbuat dosa dan menjadikan Allah berada di pusat kehidupan kita. Memberikan kepada Allah kesempatan untuk mengubah kehidupan anda.
Thomas Nelson memberikan gambaran yang baik tentang bagaimana proses pelepasan yang jelas sama dengan pertobatan itu terjadi:
“Bayangkanlah sebuah perusahan dengan sebuah kantor untuk direktur yang juga adalah pemilik perusahaan, dan katakanlah dia memiliki sekelompok staff termasuk sekretaris, bendahara, Kepala Divisi Produksi, Manager Pemasaran, dsb. Ada staff yang baik, ada yang tidak baik. Sekarang, ketika semua aliran masalah menumpuk menjadi satu di meja kantor direktur, ia menjadi stress dan tertekan sekali kemudian dalam keputus asaannya Tuhan Yesus datang, mengetuk pintu kantornya dan menawarkan, ‘Mari datanglah kepadaKu sebab kamu berbeban berat. Aku akan memberikan keteduhan kepadamu…’.
Kemudian direktur itu membuka pintu hatinya dan mempersilahkan Yesus masuk dan memberikan kepada-Nya posisi sebagai direktur perusahaannya, sedangkan ia sendiri turun menjadi Manajer Divisi.
Langkah selanjutnya, Tuhan Yesus mengatakan kepada Manajer Divisi yang baru itu yaitu mantan pemilik, untuk memecat pegawai-pegawai yang tidak baik itu. Manage Divisi mulai menjalankan tugasnya untuk bertindak dan berkata, “alam nama Yesus Kristus, Aku memerintahkan kamu untuk keluar!”
Nah, sekali lagi perhatikanlah bahwa Yesus tidak bisa memaksa masuk sampai kita membuka pintu. Ia tidak bisa berbuat banyak sampai kita sendiri memberikannya peluang dan celah untuk bertindak.
Demikianlah kemerdekaan itu datang pada kita. Kita mesti memulai dengan keinginan lepas dari ikatan. Sama seperti orang yang dirasuk setan di gadara, ia menjumpai Yesus. Tiak ada kesimpulan lain yang bisa diambil kecuali bahwa kemanusiaan pria yang terikat oleh legion itu sangat menderita dan menginginkan kelepasan, itu sebabnya ia menjumpai Yesus.
Biarlah jiwamu mendapat kemerdekaan yang sesungguhnya. Tuhan memberkati!
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16)!
Yesus sepenuhnya Tuhan dan sepenuhnya manusia. Tentunya “cara” terbaik yang Tuhan lakukan untuk persatuan ini merupakan suatu misteri (1 Tim 3:16). Walaupun ada 2 natur Kristus yang diajarkan Alkitab, Alkitab hanya mencatat Yesus Kristus sebagai 1 orang dan Dia hanya bertindak dan berbicara sebagai satu pribadi. Gelar ilahi digunakan untuk menunjukan kualitas manusia serta tindakanNya dan gelar manusia digunakan ketika keilahianNya (kualitas atau tindakan) ditekankan. Singkatnya, Dia memiliki 2 natur (ilahi/manusia) bersatu dalam satu pribadi selamanya, tanpa kebingungan antar keduanya.
Walaupun kematian Kristus merupakan model pelayanan pengorbanan bagi Tuhan dan kasih terhadap manusia (cf. Fil 2:6-11), itu bukan penjelasan utama dalam PB. Penjelasan dan kesimpulan utama dari karya Kristus ada pada penggantian tebusan dosa atau pengganti hukuman. Ini berarti pengorbanan Kristus membayar penuh hukuman dosa kita dengan mengganti tempat kita. Hukuman dosa adalah kematian dan Kristus sepenuhnya membayar hukuman itu disalib.
Paulus menyatakan Yesus sebagai “Tuhan dan Juruselamat kita yang besar” (Titus 2:13). Seperti Petrus berlutut dikaki Yesus dan memuji Dia (Lukas 5:8) maka kita juga seharusnya dengan rendah hati memuji Tuhan dan mengasihi Dia dengan kasih yang tidak berkesudahan (Efesus 6:24). Menurut anda apa arti memuji Yesus Kristus? Bandingkan Markus 12:29-30 dan Roma 12:1-2. Apa yang sebenarnya dikehendaki Tuhan? lihat Yohanes 4:23-24; Markus 12:41-44.
Apa artinya melayani seorang Tuan yang baru daripada dosa ? Bagaimana Yesus Tuhan bisa lebih baik dari dosa lama kita waktu kita tidak bersama Dia (cf. Roma 6:12-13; Eph 2:1-3)?
Ada yang menolak keilahian atau kemanusiaan Yesus Kristus dan mengacaukan pengajaran Alkitab tentang hal itu. Mereka selalu mulai dengan praasumsi bahwa incarnasi suatu omong kosong atau tidak logis. Ini salah. Tidak ada yang berlawanan dengan pernyataan bahwa Yesus adalah Tuhan dan manusia, dan Dia memiliki 2 natur yang berhubungan namun berbeda. Kita tidak boleh mengatakan bahwa nature manusiaNya ilahi dan manusiawi pada saat yang sama dan dengan cara yang sama, tidak juga kita menyatakan bahwa nature ilahinya manusiawi dan ilahi pada saat yang sama dan dengan cara yang sama. Ini suatu yang berlawanan. Kami cenderung, menyatakan bahwa dalam satu pribadi Yesus Kristus terdapat 2 natur, satu manusia, satu ilahi. Tentu saja, fakta Alkitab, yang hanya kita bahas sekilas diatas, menuntut interpretasi ini. Sekarang, bagaimana inkarnasi secara logika bisa tidak bertentangan, dan hubungan yang jelas antara nature ilahi dan nature manusia secara keseluruhan itu diluar kekuatan rasional kita untuk menjelaskan. Sekali lagi, karena kita tidak bisa secara sempurna menjelaskan hal itu, tidak berarti bertentangan, itu hanya menunjukan bahwa kita tidak mengerti karyaNya secara mendalam dan dinamikanya secara lengkap. Disinilah kita berada—bersama dengan gereja mula-mula—dengan sukacita menyatakan itu, suatu “misteri” (1 Tim 3:16; bandingkan juga Roma 11:33-36). Singkatnya, inkarnasi seharusnya secara logika dan keberadaannya dimungkinkan karena Alkitab sendiri yang mengatakan itu bisa terjadi.
1 PL dalam bahasa Yunani, diterjemahkan sekitar ca. 285 B.C. dan 150 B.C., sering ditunjuk dengan angka romawi LXX (i.e., “seventy”). Sepertinya ini datang dari tradisi yang menyatakan bahwa pekerjaan penerjemahan dilakukan oleh 72 penerjemah dan diselesaikan dalam 72 hari. Tradisi ini bermula dari Epistle of Aristeas (2nd century B.C.) tapi juga dalam Philo (Vita Mosis, 2.5-7.25-44), Josephus (Antiquities 12.2.1-15), dan Justin (Against Heresies, 3.21.2). Untuk informasi lebih lanjut, pembaca dianjurkan untuk bertanya pada Everett Ferguson, Backgrounds of Early Kristusianity, 2nd ed. (Grdan Rapids: Eerdmans, 1993), 407-10.