Senin, 10 Mei 2010

DOSA: SEBAB ATAU AKIBAT, BAKAT ATAU GODAAN?

Oleh: Pdt Daniel T.A. Harahap

Pengantar

Siapa yang belum pernah mendengar atau menyebutkan kata dosa? Mungkin tak ada. Barangkali semua orang merasa tahu tentang dosa sejak kecilnya. Tapi baiklah kita bertanya lagi: apa sebenarnya arti dosa? Ya, apa itu dosa? Dan mengapa kita mengaku dosa saban minggu? Di gereja Katolik bahkan mengapa masih disediakan ruang-ruang privat, dimana jemaat dapat mengaku dosanya kepada pastor, tanpa didengar oleh orang
lain? Sebaliknya: mengapa di beberapa gereja tertentu tidak ada lagi pengakuan dosa dalam ibadah? Pertanyaan-pertanyaan ini menyadarkan kita bahwa dosa walaupun begitu sering diucapkan, belum tentu juga jelas dipahami maknanya.

4 (Empat) Arti Dosa

Berdasarkan kesaksian Alkitab kita bisa merumuskan minimal 4(empat) arti dosa:

Pertama: dosa adalah kegagalan melakukan yang baik dan benar yang diperintahkan Allah. Di sini dosa mirip dengan anak panah yang meleset dari sasaran yang ditentukan. Atau memakai gambaran olah raga, dosa ibarat shuttle cock yang jatuh di luar garis atau bola yang keluar dari gawang.

Sasaran hidup dan tindakan manusia adalah yang baik dan benar, namun adakalanya atau sering manusia gagal atau meleset melakukannya, dan malah melakukan yang jahat dan salah. Itulah dosa. Namun kegagalan ini bukan hanya mencakup tindakan spesifik atau konkret, tetapi juga kegagalan mengasihi orang lain dan kegagalan menjadi manusia yang utuh. Tuhan menciptakan manusia untuk mengasihi sesamanya dan menjadi dirinya sendiri, namun ada kalanya manusia meleset. Alih-alih mengasihi, manusia malah membenci dan mendengki sesamanya. Alih-alih menjadi manusia seutuhnya manusia malah tanpa sadar menjadi “binatang”. Itulah dosa.

Pertanyaan: mengapa manusia sering meleset atau gagal? Sebagian karena manusia itu teledor, tidak hati-hati, terlalu bernafsu, atau kurang latihan. Sebagian lagi karena tergoda oleh iblis atau pengaruh orang lain di luar dirinya. Pertanyaan selanjutnya: mengapa bisa tergoda atau terpengaruh?


Kedua: dosa adalah pemberontakan terhadap pemerintahan Allah. (Kej 3). Namun Alkitab juga melukiskan dosa bukan sekedar kegagalan melakukan yang baik, benar dan bertanggungjawab, tetapi juga sikap memberontak terhadap pemerintahan Allah. Alkitab menyaksikan Allah adalah Raja dan penguasa yang sah atas kehidupan manusia. Dialah yang empunya kerajaan, kuasa dan kemuliaan. Dialah Pencipta langit dan bumi serta segala isinya. Namun manusia memberontak ingin otonom, bebas dari pengendalian Allah, dan menjadi penguasa atas dirinya sendiri. Itu adalah pemberontakan dan itulah dosa. Dengan kata lain: segala sikap yang memberontak terhadap wewenang dan kuasa Allah memerintah diri kita adalah dosa.

Namun ada pertanyaan menggoda: mengapa manusia memberontak terhadap Allah padahal dia diciptakan oleh Allah?


Ketiga: dosa adalah bakat, potensi, dan kecenderungan melakukan yang jahat yang melekat di dalam diri manusia.Namun kekristenan menggambarkan dosa lebih parah dan buruk dari kegagalan melakukan yang baik. Dosa dilukiskan sebagai bakat melakukan yang jahat yang melekat dalam diri manusia itu sejak lahir sampai mati. Sesuai dengan istilahnya, bakat melakukan yang jahat (baca: mencuri, berbohong dan berzinah dll) itu bukan sekedar pengaruh lingkungan tetapi memang menjadi bagian asali diri manusia itu.

Contoh: jika ada seorang anak kecil sejak lahir dipisahkan dari lingkungannya dan dibesarkan sendirian di biara tertutup atau gereja, jauh dari pengaruh buruk, dia akan tetap mampu melakukan berbohong atau mencuri. Mengapa? Karena bakat yang jahat itu memang dibawanya dari lahir. Tentu saja saat bayi ia belum bisa berbuat apa-apa, namun potensi itu sudah ada. Sejalan dengan pertumbuhan fisik dan psikisnya bakat yang jahat itu bisa berkembang.


Manusia diciptakan Allah baik adanya. Namun kejatuhannya ke dalam dosa, membuat manusia menjadi retak dan tidak lagi sempurna. Dia tidak lagi semata-mata baik. Manusia tanpa kecuali mempunyai potensi atau kemampuan dalam dirinya untuk salah, keliru atau bahkan jahat. Inilah hakikat kemanusiaan itu. Selain mampu melakukan hal-hal baik, benar dan indah, manusia ternyata juga bisa melakukan hal-hal jahat, salah dan jelek. Namun dosa itu sudah terlalu parah, potensi dan bakat melakukan yang jahat itu bahkan sudah menjadi kecenderungan atau tendensi dalam diri manusia. Manusia apabila dibiarkan pasti menyimpang. Manusia apabila diberikan kesempatan (apalagi lebih dari satu kali) pasti akan mencuri. Setiap manusia (laki-laki atau perempuan, pelayan atau warga gereja biasa) cenderung untuk korupsi, apalagi bila kondisi dan situasinya mendukung.

Keempat: Dosa adalah kuasa atau tuan yang membelenggu manusia dan mendorong manusia melakukan yang jahat. Bukan mencuri, menipu atau membunuh yang membuat manusia berdosa. Tetapi sebaliknya keberdosaan manusia itulah yang membuatnya mencuri, menipu, membunuh dan melakukan berbagai kejahatan. Dosa bukan akibat tindakan kejahatan tetapi penyebab kejahatan. Dosa adalah biang kerok kejahatan yang membawa kepada maut. Manusia (termasuk para pelayan gereja) tidak dapat melepaskan dirinya dari kondisi dosa itu. Syukurlah Allah telah mengutus PutraNya Yesus, sehingga manusia dibebaskan dari perhambaan dosa dan diangkat menjadi hamba dan anak Allah. Namun selama manusia masih hidup di dunia dan selama masih manusia, sisa-sisa kuasa dosa itu masih melekat. Jika dosa itu ibarat lebah, maka kepalanya sudah diremukkan, namun ekornya masih dapat menyengat. Ibarat peperangan, ibukota dan pemerintahan dosa itu sudah dihancurkan, namun sisa-sisa pasukannya di berbagai wilayah masih potensial mengganggu.


Pengakuan Dosa

Dengan pemahaman tentang dosa di atas, maka sekarang kita sudah lebih mengerti tentang makna pengakuan dosa di gereja saban minggu (anehnya ada juga gereja yang sudah menghapuskan pengakuan dosa dari ibadah-ibadahnya). Dalam pengakuan dosa bersama dan pribadi di gereja kita mengakui kegagalan kita berbuat baik dan benar, ketidakmampuan kita melakukan hal-hal konkret dan spesifik yang dikehendaki Allah. Kita secara jujur mengakui kegagalannya melakukan hal-hal baik dan benar, dan sebagai gantinya melakukan hal-hal jahat dan salah secara pribadi maupun bersama-sama, tersembunyi atau terang-terangan, sendiri atau ramai-ramai, dengan kata atau perbuatan.

Namun bukan hanya itu saja. Kita juga mengakui pemberontakan kita terhadap Allah. Kita mengakui terus-terang bahwa kita ingin mengatur diri sendiri. Kadang atau selalu kita tidak suka dicampuri oileh Allah, apalagi bila kita tahu bahwa rencana dan sikap kita berbeda atau bertentangan dengan Allah. Contohnya antara lain: bisnis, politik, adat atau seks. Allah boleh saja mengatur kita tetapi tidak dalam hal-hal tertentu. Pengingkaran kedauladan Allah yang absolut inilah dosa itu.

Selanjutnya kita juga mengakui keberadaan diri kita yang paling dalam: aku adalah pendosa yang hina dan rendah yang hanya bisa diselamatkan oleh anugerah Allah. Dalam pengakuan dosa itu kita menerima keberadaan diri kita bahwa memang dosa itu melekat dalam diri kita, merupakan bakat dan tendensi kita, dan kita tidak mampu membuangnya dengan kekuatan diri sendiri. Kita diselamatkan dan menjadi anak Allah bukan karena keunggulan, prestasi atau kehebatan kita, tetapi semata-mata karena anugerahNya.


Penyesalan sungguh-sungguh

Orang Kristen diundang menyesali dosanya dan merindukan pengampunan dari Allah. Pengakuan dosa setiap minggu ini tidak boleh dijadikan rutinitas atau seremoni belaka, tetapi suatu pengakuan yang sungguh-sungguh dihayati. Dalam pengakuan dosa yang penting bukanlah sekedar merasa haru dan menangis tersedu-sedu, tetapi menyesal sungguh-sungguh.


Anugerah pengampunan

Namun orang Kristen tidak perlu berputus asa atau dihantui rasa bersalah sepanjang hidupnya, karena pernah melakukanm sesuatu yang jahat di masa lalu. Allah maha baik. Dia mau mengampuni dosa umatNya. Gereja mewartakan anugerah pengampunan itu kepada jemaat yang sungguh-sungguh mengaku dosanya dan menyesal. Karena itu dalam kebaktian minggu, pengakuan dosa disusul dengan berita anugerah pengampunan. Umat mengaku dosa dan Allah mengampuni. Bahkan harus dikatakan umat Kristen termasuk para pendeta atau penginjil sekali pun sebenarnya hidup karena dan dalam pengampunan ini karena itu tidak punya alasan meninggikan diri.


Dosa terhadap Roh Kudus

Dalam Alkitab ada disaksikan bahwa seluruh dosa dapat diampuni kecuali dosa terhadap Roh Kudus. Apa sebenarnya dosa terhadap Roh Kudus? Melawan Allah secara sengaja dan sadar. Namun apa ukurannya bahwa seseorang sudah melakukan dosa tak terampunkan itu? Jika orang itu tidak bisa lagi datang kepada Allah, berdoa dan berseru menyebut namaNya. Selama kita masih bisa datang kepada Allah, berdoa, menyeru namaNya, menyesal dalam hati, itu artinya kita belum melakukan dosa terhadap Roh Kudus. Itulah parameternya. Pertobatan sebagai jawaban pengampunan Dalam hidup sehari-hari kita sering mendengar bertobat supaya diampuni. Alkitab sebenarnya berkata lain: bertobatlah sebab sudah diampuni. Penebusan dan pengampunan mendahului pertobatan kita. Dengan kata lain pertobatan adalah jawaban kita terhadap penebusan yang dilakukan Allah.

Pertobatan sungguh-sungguh
Pertobatan berasal dari kata metanoia yang artinya pembalikan arah atau perubahan pola pikiran. Ibarat orang yang tadinya berjalan ke selatan kemudian berbalik arah menuju utara. Ibarat orang yang sebelumnya jahat kemudian menjadi baik. Sebab itu pertobatan bersifat radikal (mendasar) dan total (menyeluruh). Tidak ada pertobatan yang parsial (setengah-setengah). Kita tidak bisa bertobat di satu aspek namun tetap melakukan yang jahat di aspek lainnya. Kita tidak bisa berhenti berbohong dan tetap mencuri. Atau berhenti mencuri tetapi tetap berzinah. Melawan satu kejahatan berarti melawan seluruh kejahatan.

Pemahaman kita tentang dosa di atas menyadarkan kita bahwa kita memang harus berkali-kali bertobat. Kita berkali-kali jatuh dan kita membutuhkan berkali-kali juga bangkit. Sebab itulah kita menolak pemahaman bahwa orang Kristen hanya perlu satu kali pertobatan dan pengakuan dosa. Yesuslah yang satu kali untuk selama-lamanya mati disalibkan demi keselamatan kita. Namun kita orang Kristen (termasuk pendeta, penginjil, pemimpin persekutuan kampus) harus setiap hari mengaku dosa dan bertobat. Status kita sebagai anak-anak Allah tidak membuat kita otomatis bebas dari dosa. Hidup baru kita belum sempurna. Penerimaan kita kepada Yesus sebagai Juruslamat belum utuh sebab kita masih manusia dan hidup di dunia. Sebab itu siapapun kita harus bertobat dan bertobat lagi. Persoalannya hanya satu: mau atau tidak?

Home: http://rumametmet.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar